𝗜𝗣𝗦𝗜𝗗𝗔 𝗕𝗼𝗿𝗼𝗻𝗴 𝗣𝗿𝗲𝘀𝘁𝗮𝘀𝗶 𝗱𝗶 𝗨𝗜𝗞𝗔 𝗖𝗵𝗮𝗺𝗽𝗶𝗼𝗻𝘀𝗵𝗶𝗽 𝟮 𝟮𝟬𝟮𝟱 𝗧𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁 𝗡𝗮𝘀𝗶𝗼𝗻𝗮𝗹

Lingkar Studi Pers, Bogor - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ikatan Pencak Silat Universitas Djuanda (IPSIDA) kembali menorehkan prestasi membanggakan dengan memborong sejumlah gelar juara pada Kejuaraan Pencak Silat UIKA Championship 2 2025 tingkat nasional. Kejuaraan tersebut berlangsung di GOR Gymnasium SV IPB, 6-7 Desember 2025, dan diikuti oleh pelajar, mahasiswa, serta peserta umum.

Dalam ajang tersebut, IPSIDA berhasil meraih prestasi di berbagai kategori. Hapiz Saepul Ramadan dari Program Studi Pendidikan Bahasa Arab dan Rijal Mahendra dari Program Studi Sains Komunikasi masing-masing meraih Juara I Kategori Seni Tunggal Dewasa Putra. Pada kategori putri, Novia Fitriani Awaliah dari Pendidikan Bahasa Arab dan Salwa Maisya Shafwatunnisa dari Sains Komunikasi berhasil meraih Juara I Kategori Seni Tunggal Dewasa Putri.

Sementara itu, Khansa Hanifah Mujahidah dari Program Studi Perbankan Syari’ah sukses meraih Juara I Kategori Tanding Kelas C Dewasa Putri. Prestasi gemilang juga ditorehkan Sebriana Febrianti Agus dari Program Studi Manajemen yang meraih Juara I Kategori Seni Tunggal Dewasa Putri sekaligus Juara I Tanding Kelas A Dewasa Putri. Adapun Tiara Sri Rahayu dari Program Studi Akuntansi meraih Juara II Kategori Tanding Kelas Under Dewasa Putri.

Pelatih IPSIDA, Sulistio, menegaskan bahwa capaian para atlet merupakan hasil pembinaan yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Ia menjelaskan proses latihan tidak hanya berfokus pada kemampuan fisik dan teknik, tetapi juga pada pembentukan mental serta kedisiplinan atlet. 

“Kunci pembinaan atlet hingga meraih prestasi terletak pada program latihan yang dirancang secara ilmiah, bertahap, dan konsisten. Program tersebut mencakup latihan fisik, teknik, taktik, dan pembentukan mental atlet,” ujarnya.

Salah satu atlet tanding IPSIDA, Khansa Hanifah Mujahidah, mengungkapkan bahwa kesiapan mental menjadi faktor utama saat bertanding. Menurutnya, rasa percaya diri dan fokus harus dijaga sejak awal pertandingan. 

“Strategi utamanya adalah percaya diri dan tidak grogi, karena grogi bisa membuat fokus hilang. Sebelum bertanding saya selalu berkonsultasi dengan pelatih terkait strategi di gelanggang dan tidak lupa berdoa saat nama dipanggil. Pada babak pertama saya mencari kelemahan lawan, lalu di babak berikutnya mulai lebih agresif dan tetap memperhatikan arahan pelatih,” tuturnya.

Hal serupa disampaikan Hapiz Saepul Ramadan yang menekankan pentingnya niat dan motivasi dalam proses latihan. Ia menilai bahwa konsistensi latihan menjadi kunci utama, terutama pada kategori seni yang menuntut ketepatan dan hafalan gerakan. 

“Sejak awal saya menanamkan niat dan menjaga motivasi agar latihan bisa maksimal. Tanpa niat dan motivasi, latihan biasanya tidak konsisten. Di kategori seni, latihan menjadi sangat penting karena setiap gerakan harus benar-benar dikuasai,” ujarnya.

Bagi Salwa Maisya Shafwatunnisa, pencapaian yang diraih tidak hanya berbicara soal kemenangan semata, tetapi juga tentang penghayatan terhadap nilai seni dalam pencak silat. 

“Kemenangan ini lahir dari teknik, tetapi hidup melalui ekspresi seni,” ungkapnya.

Menutup rangkaian kejuaraan tersebut, pelatih IPSIDA, Sulistio, berharap pencak silat di lingkungan kampus dapat terus berkembang, tidak hanya sebagai cabang olahraga prestasi, tetapi juga sebagai sarana pelestarian budaya Indonesia. Ia menekankan perlunya pengakuan dan apresiasi yang lebih luas terhadap pencak silat sebagai warisan budaya tak benda, serta transparansi komunikasi dan dukungan kebijakan dari berbagai pihak.

Dengan raihan prestasi pada UIKA Championship 2 2025 ini, IPSIDA menegaskan komitmennya dalam mencetak atlet berprestasi di tingkat nasional sekaligus menjaga nilai-nilai budaya pencak silat agar tetap hidup dan relevan di kalangan mahasiswa Universitas Djuanda.


Penulis: Balqis

Posting Komentar

0 Komentar