Lingkar Studi Pers, Bogor — Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat UNIDA berkolaborasi dengan Yayasan Persahabatan Islam Usmani, Lembaga Dakwah Kampus (LDK), dan mahasiswa Universitas Djuanda menggelar Aksi Fundraising for Palestine pada Minggu (10/08/2025) di Lampu Merah Exit Tol Ciawi. Aksi ini digelar sebagai bentuk Humanity dan kepedulian terhadap krisis kelaparan yang memburuk di GAZA, meski di saat yang sama masyarakat sekitar ciawi bergulat dengan kemiskinan. Hal ini menyita perhatian penulis, apakah mereka abai dengan keadaan sekitar?
Dilansir dari Kompas.com, kelaparan di GAZA terjadi akibat terbatasnya akses dan bantuan kemanusiaan, imbas blokade yang dilakukan oleh Israel—salah satu bentuk pembunuhan yang paling biadab.
KAMMI mengajak pengguna jalan raya dan masyarakat sekitar Ciawi untuk mendonasikan sebagian kecil hartanya. Penggalangan dana berhasil terkumpul sebesar Rp 1.442.500 yang akan disalurkan melalui Yayasan Persahabatan Islam Usmani, lembaga yang berfokus pada pengiriman bantuan ke Gaza, Palestina.
Elis Kusmiawati, selaku salah satu panitia, mengatakan dalam wawancaranya bahwa bantuan untuk Palestina tidak hanya bisa melalui materi,
“Masyarakat bisa membantu Palestina melalui Doa yang dipanjatkan dan memboikot produk yang terafiliasi oleh Israel serta tetap menyuarakan dengan lantang terkait kondisi Palestina yang sangat memprihatinkan,” Ujarnya.
Namun ditengah aksi, mereka menyadari keadaan yang tak terelakkan, berdampingan dengan warga kurang mampu. Menanggapi hal ini, Ismi Waridotu, Panitia aksi lainnya, menyatakan pendapat,
"Melihat kondisi kegiatan galang dana untuk Palestina yang dilakukan berdampingan dengan kenyataan adanya warga kurang mampu di sekitar lokasi acara, kami sebagai relawan berpendapat bahwa kedua hal tersebut merupakan situasi yang berbeda. Warga kurang mampu di sini masih memiliki kesempatan untuk mencari nafkah dalam lingkungan yang relatif aman. Berbeda halnya dengan saudara-saudara kita di Gaza, yang bukan hanya kesulitan mencari nafkah, tetapi juga harus menghadapi ancaman terhadap keselamatan jiwa mereka. Namun, terlepas dari perbedaan kondisi tersebut, kami tetap memberikan ruang dan menghormati hak warga kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya," tururnya.
Penulis: Riri Robiatul Adawiyah
0 Komentar