𝗧𝗼𝗹𝗮𝗸 𝗣𝗲𝗿𝗽𝗲𝗹𝗼𝗻𝗰𝗼𝗮𝗻! 𝗟𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝗿 𝗦𝘁𝘂𝗱𝗶 𝗣𝗲𝗿𝘀 𝗛𝗮𝗱𝗶𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗥𝗲𝗳𝗹𝗲𝗸𝘀𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗗𝗶𝗿𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗠𝗮𝘁𝗮 𝗧𝗲𝗿𝘁𝘂𝘁𝘂𝗽 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗞𝗲𝗴𝗶𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗿𝘀 𝗘𝗱𝘂𝗰𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻 𝟮𝟬𝟮𝟱



Lingkar Studi Pers, Bogor - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lingkar Studi Pers (LSP) sukses menggelar acara tahunan yaitu "Pers Education 2025" yang berlangsung pada 17-18 Mei 2025 di Villa Darsi, Cigombong. Acara ini dirancang dalam rangka pengukuhan Calon Insan Muda (CIM) menjadi bagian dari Insan Muda (IM).

Berbeda dengan praktik orientasi mahasiswa yang identik dengan perpeloncoan, Pers Education 2025 justru membungkus kegiatan dengan pendekatan kekeluargaan, dimana panitia sebagai kakak dan peserta sebagai adek.

Salah satu agenda utama yang membantu keterbukaan dan kejujuran peserta kepada para panitia ialah malam refleksi dan pengembangan diri.  Kegiatan tersebut dilaksanakan pada dini hari dengan kondisi mata peserta tertutup kain. 

M. Firman Maulana sebagai Pimpinan Umum LSP menjelaskan tujuan dari ditutupnya mata dengan sehelai kain. Ia berkata dengan kondisi mata tertutup dapat menciptakan suasana khusyuk dan fokus, menghilangkan gangguan visual agar peserta dapat lebih mendalami refleksi batin dan aspek kekeluargaan secara lebih intens.
"Mata peserta pada kegiatan malam refleksi dan pengembangan diri ditutupi kain untuk menciptakan suasana khusyuk dan fokus, menghilangkan gangguan visual agar peserta dapat lebih mendalami refleksi batin dan aspek kekeluargaan secara lebih intens. Dengan mata tertutup, peserta diajak untuk "melihat" dengan hati dan perasaan, bukan dengan indra penglihatan fisik, sehingga pengalaman renungan menjadi lebih mendalam dan pribadi. acara ini juga membantu peserta merasakan kedekatan dan kehangatan kekeluargaan dalam suasana yang lebih tenang dan penuh penghayatan," tegasnya.

Selain itu Ade Pramitha selaku Wakil Pimpinan Umum LSP menambahkan bahwa dengan kondisi mata tertutup menjelaskan bukti simbol, tirani masyarakat yang terbungkam.
"Mata peserta di tutup merupakan bukti simbol, tirani masyarakat yang terbungkam. Sehingga para jurnalis muda dapat ikut merasakan apa yang sedang kondisi sipil kita rasakan. Maka dari itu seorang jurnalis dapat menjadi tombak dan mata, telinga, serta mulut masyarakat yg terbungkam," tambahnya.

Salah satu peserta Pers Education 2025 yaitu Tria Maharani juga merasakan efek samping dari berbicara dengan kondisi mata tertutup. Ia mengungkapkan bahwa dengan kondisi mata tertutup dapat membantu Ia untuk berkata dengan jujur.
"Saat mata tertutup yang aku rasakan pertama adalah sesak ntah kenapa mungkin karena gelap tapi waktu panitia dateng ke aku, rasanya jadi lebih intens yang ngebuat obrolan jadi mengalir. Namun, karena kondisi mata tertutup aku jadi banyak bicara dengan jujur dan itu yang ngebuat aku cukup ngerasa malu ke kakak panitia sesudahnya," ucapnya.

Siti Silmi Silviah selaku ketua pelaksana pada kegiatan Pers Education 2025 menegaskan bahwa tidak ada perpeloncoan sama sekali dalam acara tersebut dan menjelaskan beberapa alasan kenapa menghindari hal tersebut.
"Sebagai pengurus untuk acara Pers Education itu sendiri menekankan pentingnya nilai profesionalisme, empati, dan saling menghargai. Adanya perpeloncoan atau kekerasan di dalamnya tidak hanya berpotensi menimbulkan trauma psikologis, tetapi juga bertentangan dengan semangat kebebasan mereka untuk berekspresi dan menimbulkan rasa ketidaknyamanan berada di lingkungan UKM itu sendiri. Oleh karena itu, dengan mengedepankan pendekatan yang lebih manusiawi dan edukatif, acara ini bertujuan untuk membentuk karakter peserta yang kuat, percaya diri, dan mudah berekpresi sesama anggota maupun ke pengurus dan memperkuat kekeluargaan di UKM lingkar studi pers yang sehat," ujarnya.

Ade Pramitha pun menambahkan bahwa hal-hal yang kolot seperti perpeloncoan sudah tidak pantas dibawa pada zaman sekarang.
"Memaknai ada era baru dalam komunitas kampus untuk lebih meninggalkan hal-hal kolot perpeloncoan ke arah tadabbur diri dan pengembangan Nurani," tambanya. 

Bukti tidak terjadinya perpeloncoan tersebut dikuatkan oleh wawancara dari Safitriyaningsih selaku peserta Pers Education 2025.
"Pada saat malam refleksi tersebut saya tidak mendapatkan perpeloncoan ataupun pembullyan justru sebaliknya saya merasakan kehangatan keluarga yg begitu terasa, para panitia mengajukan pertanyaan dengan nada suara yg begitu lembut dan juga halus," tegasnya. 

Dengan adanya kegiatan tersebut Rizky Fadillah Nurawaliyah sebagai peserta berharap bahwa para Insan Muda dan pengurus bisa selalu membersamai LSP dan dari adanya kegiatan Pers Education kemarin Pengurus dan IM dapat terus saling rangkul satu sama lain.


Penulis: Siti Balqis Sari Manah 

Posting Komentar

0 Komentar