Tumbuhkan Kesadaran diri Terhadap Lingkungan, BEM FISIP UNIDA Gelar Talkshow


Lingkar Studi Pers, Bogor (25/11) - Mewujudkan rasa cinta terhadap tanah air dengan kesadaran untuk menjaga dan merawat lingkungan perlu memiliki sikap Nasionalisme Lingkungan. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Djuanda (UNIDA) Bogor, menggelar talkshow lingkungan dengan tema "Nasionalisme Lingkungan : Merawat Bumi, Merawat Negeri." Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu (24/11) pukul 09.00 di Gedung C UNIDA.


Kegiatan ini dihadiri oleh dekan FISIP UNIDA, Denny Hernawan, Drs., MA. dan dua narasumber yakni Asep Komarudin selaku Forest Campaigner Greenpeace Southeast Asia Indonesia dan Zenzi Suhadi selaku Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Selain itu, dihadiri oleh 54 peserta dari mahasiswa UNIDA dan adapun mahasiswa yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM).


Pada kegiatan ini Nurul Ayu Wardani selaku ketua panitia mengatakan, kebersihan lingkungan dan kelestarian lingkungan masih menjadi masalah utama yang dilupakan. "Kebersihan lingkungan ini sekarang makin terlupakan, jadi isu-isu lingkungan tidak pernah naik. Maka dari itu, harus disadarkan kembali untuk meningkatkan rasa Nasionalisme lingkungannya, yakni dengan kegiatan ini," ungkapnya. 


Pemantik Talkshow, Ruben Bentiyan mengungkapkan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja atau biasa disebut Omnibus Law, turut berpengaruh terhadap krisis iklim, karena UU tersebut membuka investasi yang luas. "Dari UU tersebut muncul masalah baru, yaitu kerusakan alam yang dieksploitasi secara terus-menerus, sehingga akan berakibat bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan," ujarnya. 


Selain itu perlu disadari krisis iklim terjadi juga bisa didapatkan oleh campur tangan manusia, Zenzi menyampaikan bahwa "Krisis iklim bukan hanya karena bencana alam saja, melainkan juga bisa terdapat oleh campur tangan manusia yang merusak," ucapnya.


"Kekeliruannya itu kita sadar akan lingkungan tersebut ketika ia sudah rusak. Namun, ketika lingkungan itu masih bagus, justru minim tindakan, harusnya dari situ kita perlu menjaga dan merawatnya," lanjut Zenzi.


Asep Komarudin menjelaskan bahwa, krisis iklim salah satu tantangan bagi produsen untuk menciptakan teknologi kemasan produk yang mudah diurai. "Bagaimana caranya produsen memperhatikan atau memastikan produknya tidak merusak lingkungan, hingga pada distributor turut bertanggung jawab pada konsumen di pelosok," jelasnya. 


Asep juga menyarankan membentuk konsolidasi serta gerakan massa, untuk menyuarakan krisis iklim kepada pemerintah dan stakeholder perusahaan. Tak hanya itu, ia berpesan kita perlu merubah mindset untuk menjaga lingkungan.

 

"Acaranya sangat luar biasa, pematerinya juga sangat kompeten, dan tentu menambah wawasan kami, khususnya kami yang dari jurusan perhutanan. Kegiatan ini menjadi salah satu tempat untuk mendapatkan pengetahuan lebih banyak lagi terkait dengan isu tersebut," ujar Rina, salah satu dari mahasiswa (PMM) Universitas Hassanudin Makassar. (HDP/MFH)

Posting Komentar

0 Komentar