Debat Pemira Berakhir Gaduh, Para Paslon Lontarkan Kritik pada KPU


Bogor- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Universitas Djuanda Bogor menggelar debat terbuka bagi kandidat Calon Presiden Mahasiswa (Capresma) dan Calon Wakil Presiden Mahasiswa (Cawapresma) periode 2019/2020 di Lobby Gedung B pada Rabu (22/05).

Dengan mengusung tema “Sinergitas Organisasi Mahasiswa Universitas Djuanda Bogor Demi Terwujudnya Tatanan Organisasi Mahasiswa yang Ideal”, Pemilihan Raya (Pemira) kali ini diikuti oleh  tiga kandidat yakni nomor urut 1 Ahmad Maulana Fajar dari Fakultas Ilmu Sosial  dan Ilmu Politik (FISIP) dan Panji Sakti Nugraha dari Fakultas Pertanian (FAPERTA), kandidat nomor urut 2 yaitu Moh. Agung  Laksono dari Fakultas Ekonomi (FE) dan M. Badrul Kamal dari FISIP, serta kandidat nomor urut 3 yaitu wahyudi Azhar dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Jumhana dari FE. 


Debat  pada mulanya berjalan dengan kondusif, dimulai dengan pemaparan Visi dan Misi dari setiap Pasangan Calon (Paslon) selama 2 menit. Dilanjut  dengan debat sesi pertama yaitu mengenai organisasi mahasiswa di Kampus, debat sesi kedua yaitu mengenai peran politik era milineal, dan sesi debat ketiga yaitu mengenai wawasan kebangsaan. 

Namun, usai debat berlangsung terlihat, ketiga Paslon, tim sukses, dan KPU berkumpul. Terjadi adu argumen antara KPU dengan para Paslon. Tak hanya itu, sempat terjadi kegaduhan, dan hampir terjadi adu fisik antara Tim Sukses dengan KPU.
  

Agung selaku Capresma 02 mengungkapkan kekecewaannya kepada KPU.

“Temen-temen kita yang paslon 01, paslon 02 merasa kecewa bukan karena kitanya kong kalingkong kagak. Karena kecewa dengan apa yah, temanya tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya. Walaupun secara intelektual kita siap gitu. Tapi saya rasa ini kajian ga menusuk kala mau jadi tolak ukur," ujarnya.

“Berbicara tentang kampus kemarin itu baru 30 % dari 100%. Sisanya berbicara tentang Pancasilais",  tutur Agung pada Kamis (23/05).

Hal serupa diutarakan oleh Paslon 01.
“Tidak ada pembahasan lebih intens dalam internal kampus. Padahal kawan-kawan perlu tahu banyak permasalahan atau keresahan mahasiswa di internal kampus, tentu sebelum kita bergerak lebih luar maka perlu sebuah pengokohan di dalam internal kampus”,  ujar Panji selaku Cawapresma 01.

“Agar terciptanya pergerakan konkret, pergerakan yang kompak menciptakan solidaritas yang tinggi”, tambahnya.
Sementara itu,  Paslon 03 tidak puas dengan waktu debat yang terlalu sedikit.

“Kami ada sedikit kritikan untuk KPU, yaitu terkait durasi waktu, pasca penyampaian visi dan misi sehingga membuat paslon terburu-buru untuk menyampaikan visi dan misi”, Tutur Wahyudi Capresma no.03.

Selain itu, dalam diskusi yang terjadi kemarin. Agung Kandidat Capresma no urut 02 mengutarakan keinginan timnya agar Tempat Pemungutan Suara ada di dua titik.

“Kalau dulu center nya di gedung B, kalau sekarang kan udah banyak gedung”, tuturnya.

Pihak KPU yakni Farhan menanggapi berbagai kritik dari paslon dan timses. 
Menurutnya pembahasan debat sesi 2 dan 3 terkait peran politik mahasiswa untuk mengedukasi dan mengetahui wawasan kebangsaan paslon. 

"Yang ke 2 itu untuk mengedukasi mahasiswa yang lain mungkin ada yang belum terpahami mengenai topik yang tadi kita bawa untuk yang sesi ke 2 tadi peran mahasiswa era milenial. Yang ke 3 ini kita ini wawasan kebangsaan KPU ingin mengetahui sejauh mana wawasan kebangsaan yang dimiliki setiap paslon karna itu sangat penting", ujarnya. 

Tak hanya itu terkait TPS KPU tetap melaksanakan keputusan yang sudah  dibuat sebelumnya. 
"Mengingat apabila diadakan 2 TPS, kemungkinan ada suara ganda itu sangat besar",  tutur nya

"Contohnya ketika mahasiswa A sudah mencoblos di TPS ged d katakanlah dia bisa mencoblos lagi di gedung b otomatis suara ganda akan terjadi dan itu bentuk kecurangan yang harus kita antisipasi",  tambahnya. 
Ia pun menuturkan minimnya waktu hingga membuat durasi debat yang singkat dan tidak adanya sesi tanya jawab. 
(Dwi/Bng)

Posting Komentar

0 Komentar