Kontroversi Jeruji Sekretariat UKM


BOGOR— Pemasangan gerbang atau jeruji di setiap blok pintu masuk sekretariat (sekret) menuai kontroversi. Berbagai keluhan datang dari mahasiswa, terutama para anggota UKM yang merasa terganggu dengan penambahan fasilitas tersebut. Pada Selasa (8/5), BEM KM menggelar musyawarah dengan perwakilan dari berbagai UKM untuk membahas masalah ini.
Dalam musyawarah, setiap UKM yang hadir menyampaikan keluhannya. Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) menilai pemasangan jeruji ini akan membatasi komunikasi antar UKM. Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), Sidik Kusyadi, menuturkan jeruji akan membuat mahasiswa kerepotan apabila ada hal-hal yang membuat mereka harus ke sekret pada jam malam. Senada dengan Persatuan Sepak Bola Unida (PERSADA) yang mengeluhkan akan mengalami kesulitan untuk masuk ke sekret karena kegiatan mereka dilaksanakan pada hari libur.
Selain merasa mobilitasnya terganggu, mahasiswa juga mengeluhkan tidak adanya konfirmasi atau sosialisasi terlebih dahulu dari bagian Kemahasiswaan maupun Security. Begitu pun dengan aturan jam dibuka dan ditutupnya jeruji.
“Tidak ada komunikasi dan sosialisasi awalnya, tiba-tiba muncul. Jeruji ini juga adalah tindakan Kemahasiswaan, bukan Security,” ujar Sandi Maftuh Firdaus, Presiden Mahasiswa 2017-2018.
Untuk mendapatkan klarifikasi soal masalah ini, jurnalis LSP meminta keterangan dari Chandra Fauzi selaku Kepala Security Universitas Djuanda Bogor pada Rabu (9/5). Chandra mengatakan pemasangan jeruji ini sebenarnya dibangun berdasarkan rancangan awal Gedung D dan E.
“Rancangan seperti ini memang atas keinginan user-nya, yaitu Pak Martin yang memiliki yayasan. Sama dengan Gedung B yang di setiap gangnya juga diberi kerangkeng (jeruji). Nanti pun setiap gang di Gedung D dan E akan dipasang, jadi bukan karena adanya UKM saja,” kata Chandra.
Chandra menambahkan tujuan dari pemasangan jeruji adalah pengamanan. “Kenyataannya di Gedung B pun sering kehilangan laptop dan hp. Pelakunya adalah orang yang mengaku mahasiswa, karena mahasiswa kita pakaiannya tidak seragam. Itulah kelemahannya,” jelasnya.
Menurut Chandra, jumlah anggota Security yang tidak memenuhi rasio juga turut menjadi kelemahan dalam sistem keamanan Unida. Hanya ada lima Security di lingkungan kampus dan yayasan yang tersebar di pintu masuk, Gedung A, area parkir dan parkir Gedung D, dan satu orang berkeliling untuk mengingatkan shalat. “Sehingga yang tidak kami jaga adalah depan Gedung B, D, dan E. Oleh sebab itu dibuatlah jeruji,” ucapnya.
Terkait dengan jam operasional jeruji dan sekret, Chandra mengutarakan hal tersebut sudah diatur dalam SK Rektor No. 002/2017  tanggal 15 Maret 2017 lalu yang berisi peraturan Penggunaan Sekretariat. Dalam SK, tertulis mahasiswa diperkenankan menggunakan sekret mulai  pukul 08.00-21.00 WIB. Sementara jam operasional keseluruhan jeruji adalah pukul 07.00-19.00 WIB. Peraturan ini bukanlah peraturan yang baku. Apabila masih dilaksanakan perkuliahan atau kegiatan lainnya, maka jeruji akan tetap dibuka.
“Apabila ada UKM yang memiliki kegiatan bahkan menginap, itu boleh tetapi harus izin satu hari sebelum kegiatan itu dilaksanakan. Bisa lapor ke Pak Nur Rochman atau Pak Rendi selaku bagian Kemahasiswaan. Nanti akan dikeluarkan blangko dan izinnya,” tuturnya.
Sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan pihak Kemahasiswaan Unida terkait pemasangan jeruji. Rencananya, BEM KM bersama UKM akan mengadakan audiensi dengan Kepala Yayasan, Rektor, bagian Kemahasiswaan, dan Security Unida pada Senin, 14 Mei 2018. (LSP)


Posting Komentar

0 Komentar