Lingkar Studi Pers, Bogor – Kasus keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bandung Barat, Seram Bagian Barat, dan Maluku pada Oktober 2025 menuai perhatian mahasiswa Universitas Djuanda (UNIDA). Mereka menilai program unggulan Presiden Prabowo Subianto perlu diawasi lebih ketat agar tidak membahayakan penerima manfaat.
Program MBG, merupakan salah satu janji kampanye Presiden Prabowo untuk menekan angka stunting dan meningkatkan asupan gizi anak sekolah, telah berjalan sejak 6 Januari 2025. Hingga kini, pemerintah telah menyalurkan lebih dari 1,4 miliar porsi makanan untuk sekitar 36,7 juta penerima di seluruh Indonesia. Berdasarkan laporan Detik.com (20 Oktober 2025), Presiden Prabowo menyebut kasus keracunan hanya sekitar 0,0007 persen dari total porsi dan masih tergolong “error manusiawi”.
Mahasiswa Universitas Djuanda, NR, mengatakan bahwa pengawasan pemerintah terhadap proses pembuatan makanan masih kurang optimal dan perlu diperhatikan kembali.
“Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan proses pembuatan MBG di setiap daerah untuk meminimalisir terjadinya keracunan,” ujarnya pada 31 Oktober 2025.
Sementara itu, TM, mahasiswa Universitas Djuanda lainnya, menilai pengawasan di lapangan seharusnya dilakukan oleh pihak yang lebih kompeten.
“Program ini seharusnya berada di bawah pengawasan ketat para ahli, tapi kasus seperti ini masih bisa terjadi. Harapan saya, pemerintah bisa menanganinya dengan serius dan memastikan MBG benar-benar aman untuk anak-anak sekolah,” tuturnya.
Presiden Prabowo mengatakan kasus tersebut akan menjadi bahan evaluasi. Mahasiswa UNIDA berharap pemerintah lebih memperhatikan keamanan dan kualitas agar MBG tetap berjalan sesuai tujuannya meningkatkan gizi anak-anak Indonesia.
Penulis: Santy Kurniasih


0 Komentar