Lingkar Studi Pers, Bogor – Lingkar Studi Pers bertajuk “Quo Vadis Gen Z: Dulu Dijajah Belanda, Sekarang Dijajah Media” digelar di Cabubu Cafe Bogor, Sabtu (23/8/2025). Acara yang diinisiasi komunitas Poros Literat ini menghadirkan diskusi literasi, musik, orasi, dan puisi yang melibatkan pelajar dan pegiat literasi Bogor.
Kegiatan dibuka dengan penampilan musik, dilanjutkan sambutan MC yang juga pemilik Cabubu Cafe. Dalam pesannya, ia menekankan pentingnya memanfaatkan forum diskusi sebagai ruang bertukar pikiran, serta mengumumkan adanya donasi untuk mendukung kegiatan serupa.
Moderator Alwaitri Tsaubihah, alumnus UIN Syarif Hidayatullah sekaligus Duta Baca Kabupaten Bogor 2022, membuka forum dengan mengingatkan sejarah panjang penjajahan Belanda selama 350 tahun. Ia menegaskan bahwa warisan kolonial masih melekat pada karakter masyarakat dan sistem sosial bangsa.
Franstasya Adi Setya, siswa SMKN 4 Bogor, memaparkan tiga tujuan utama penjajahan Belanda atau 3G: Gold (mencari kekayaan), Glory (memperluas kekuasaan), dan Gospel (penyebaran agama Kristen). Ia menyinggung kebijakan tanam paksa, pembangunan Jalan Anyer-Panarukan, serta perlawanan rakyat lewat Perang Diponegoro dan Perang Padri. Menurutnya, dampak kolonialisme masih terasa hingga kini, termasuk dalam pola transmigrasi, irigasi, dan sistem pendidikan.
Sementara itu, Hasna Nadhifa A.Z dari MAN 1 Kota Bogor menyoroti pergeseran bentuk penjajahan dari fisik ke ranah pemikiran di era digital.
“Dulu kita dipaksa secara fisik, sekarang kita dijajah pemikiran melalui media massa dan teknologi,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya literasi media untuk menangkal serangan informasi yang dapat memengaruhi perilaku masyarakat.
Nadia Sopiora, siswi SMAN 2 Bogor, menilai Gen Z yang lahir antara 1997–2010 sebagai generasi digital native. Menurutnya, media sosial bisa menjadi ruang ekspresi sekaligus membangun jejaring, namun juga membawa dampak negatif jika tidak disikapi bijak.
Senada, Edgar Ravel P, Ketua MPK SMAN 2 Bogor, menyebut media sosial bermanfaat untuk memperluas interaksi lintas daerah, tetapi juga berpotensi menurunkan kemampuan berpikir kritis jika digunakan secara berlebihan.
Dava Aliansyah, Ketua OSIS SMKN 4 Bogor sekaligus Duta HAM Jawa Barat 2024, menegaskan pentingnya pemahaman hukum dan HAM di ruang digital. Ia mengajak generasi muda menjadikan media sebagai sarana edukasi, bukan sekadar hiburan.
Sementara itu, Nazeefa Mau’minah, Bendahara Rohis SMAN 2 Bogor, menekankan pembinaan karakter dan spiritualitas sebagai benteng Gen Z dari pengaruh negatif media.
“Acara literasi seperti ini penting untuk memperkuat daya tahan kita terhadap penjajahan baru,” katanya.
Diskusi berlangsung inspiratif dengan melibatkan pelajar, pegiat literasi, dan aktivis muda Bogor. Acara ditutup dengan penampilan orasi dan puisi yang memperkuat semangat literasi dan kebebasan berpikir generasi muda.
Penulis: Risla Amanda Putri
0 Komentar