Lingkar Studi Pers, Bogor — Tangis haru dan tepuk tangan bergemuruh memenuhi aula malam puncak Pemilihan Duta Baca Kota Bogor 2025. Dari deretan finalis berbakat, satu nama dipanggil, bukan hanya sebagai pemenang, tapi sebagai simbol semangat literasi yang tumbuh dari akar kehidupan yang sederhana namun sarat makna.
Perjalanan sang juara bukan dimulai dari buku-buku tebal atau panggung besar, melainkan dari ruang tamu kecil tempat ibunya dengan sabar mengajarinya mengeja satu demi satu huruf. Di sanalah benih cinta literasi ditanam. Ia tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai pendidikan dan keikhlasan, menjadikan membaca bukan sekadar kebiasaan, tapi bentuk ibadah.
Bukan tanpa alasan semangatnya begitu menyala. Dalam hati, ia memegang erat pesan spiritual dari Q.S. An-Najm yang memiliki arti “Dan manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
keyakinanya di perkuat oleh hadist agung yang berbunyi “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” Kedua pesan itu tak hanya jadi motivasi, tapi kompas hidupnya.
Keputusannya mengikuti ajang Duta Baca pun bukan karena ingin populer, tetapi karena ada suara dalam dirinya yang berkata,
“Sudah saatnya aku berkontribusi, bukan hanya untuk diriku, tapi untuk generasi setelahku.” Ia tahu, literasi tak bisa berdiri sendiri. Butuh wajah, suara, dan hati yang mampu menghidupkannya di tengah masyarakat.
Prosesnya panjang dan penuh perjuangan. Dimulai dari pemberkasan, dilanjutkan dengan masa karantina yang intensif. Selama lebih dari dua bulan, dari 14 Mei hingga 22 Juli 2025 ia dan para finalis digembleng dalam berbagai pelatihan, diskusi literasi, dan pengembangan karakter. Di sanalah ia menyaksikan langsung betapa kuat dan cemerlang para pesaingnya. Ada mahasiswa dari IPB, UNJ, UIKA, dan kampus ternama lainnya. Tapi ia tak gentar.
“Aku percaya, ini bukan sekadar kompetisi. Ini amanah dari Allah,” ucapnya dengan mata yang tak bisa menyembunyikan haru.
“Semoga ini bisa membawa banyak kebermanfaatan dan keberkahan, baik untuk aku sendiri maupun masyarakat. Literasi bukan tentang siapa yang paling pandai, tapi siapa yang paling ingin memberi," tambahnya.
Kini, gelar Juara 1 Duta Baca Kota Bogor 2025 bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi, tapi bukti bahwa siapa pun, dari latar apa pun berhak bermimpi dan berjuang untuk literasi. Ia telah membuktikan, bahwa membaca bisa menjadi jalan menuju perubahan, menulis bisa menjadi senjata kebaikan, dan semangat bisa mengalahkan segala rintangan.
Literasi bukan hanya soal huruf dan kata. Ia adalah suara hati, langkah perjuangan, dan lentera yang menuntun banyak jiwa menuju masa depan yang lebih terang.
Penulis: Fadil Kahfi
0 Komentar