𝗕𝗲𝗿𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿 𝗞𝗶𝘀𝗿𝘂𝗵, 𝗞𝗼𝗻𝗴𝗿𝗲𝘀 𝗟𝘂𝗮𝗿 𝗕𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗗𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗔𝗹𝗶𝗵 𝗞𝗮𝗺𝗽𝘂𝘀


𝗟𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝗿 𝗦𝘁𝘂𝗱𝗶 𝗣𝗲𝗿𝘀, 𝗕𝗼𝗴𝗼𝗿 (𝟭𝟲/𝟭𝟬) – Kongres Luar Biasa (KLB) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Djuanda (UNIDA) Bogor yang digelar pada Senin-Selasa, 10-11 Oktober, di Gedung C UNIDA, berakhir ricuh dan tidak menemukan solusi. Menanggapi hal tersebut, pihak kampus dan kemahasiswaan membubarkan kongres, mengambil alih pelaksanaannya dalam waktu yang belum ditentukan.

Sebagai informasi, digelarnya Kongres Luar Biasa, disebabkan karena keterlambatan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (MPM KM) UNIDA menyelenggarakan pemilihan raya (PEMIRA). Sedangkan, mengacu pada SK BEM-KM periode 2021-2022, masa bakti berakhir pada 10 Oktober. 

Melalui pernyataan sikap dan desakan beberapa ormawa, BEM-KM mengadakan pertemuan yang dihadiri beberapa ormawa, membuat fakta integritas berisi persetujuan digelarnya Kongres, mensiasati pembentukan panitia KPU dan pelaksanaan PEMIRA yang membutuhkan waktu cukup lama, agar tidak terjadinya kekosongan jabatan. Fakta Integritas tersebut, diketahui telah ditandatangani pihak pertama, Dydan Afrizal selaku ketua MPM-KM, dan pihak kedua, Abdullah Abdul Mugni, selaku Presiden Mahasiswa BEM-KM.

Hari pertama pelaksanaan kongres (10/10) tidak berjalan sesuai dengan agenda. Pasalnya, kongres yang digelar ini menuai pro dan kontra dari ormawa dan UKM yang hadir di forum. Pihak yang tidak setuju, mempertanyakan urgensi digelarnya kongres. 

“Kongres luar biasa ini tidak sesuai dengan konstitusi yang berlaku. Ada alternatif solusi yang perlu ditempuh lagi, tidak mesti harus di KLB,” ucap Khaerul Rofik, selaku pihak kontra sekaligus ketua umum BEM Fakultas Ekonomi.

Solusi yang ditawarkan, lanjut Rofik, yaitu pihak BEM-KM atau MPM-KM membuat penanggungjawab sementara sehingga tidak terjadinya kekosongan jabatan. 

Sementara itu, Teddy Saputra, delegasi DPM FISIP sekaligus pihak yang menyetujui digelarnya kongres menuturkan, alasan menyetujui kongres yaitu tidak ingin adanya kekosongan jabatan yang akan berdampak besar bagi KM-UNIDA. 

Adanya pernyataan pro dan kontra digelarnya kongres, mengakibatan kericuhan yang diinisiasi peserta, seperti dorong-mendorong, saling tunjuk antar peserta yang ada di forum. Sehingga, pelaksanaan kongres dipending selama 1X24 jam.

Muhammad Naufal Nasrullah, selaku ketua pelaksana Kongres Luar Biasa, menyayangkan adanya kericuhan yang terjadi sedangkan, pelaksanan KLB telah dipersiapkan secara matang. 

"Bagaimana pun ada skema di dalamnya, ada pembahasan agenda acara, tata tertib, yang kemudian di sanalah harusnya beradu ide dan pemikiran," jelasnya.

Dilanjut pada hari kedua, Selasa (11/10) pukul 14.00 WIB, kongres yang digelar kembali tidak membuahkan hasil. Pasalnya, pernyataan pro dan kontra masih mewarnai pelaksanaan kongres sehingga kericuhan yang terjadi semakin panas dibanding hari sebelumnya. 

Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor 1 Bidang Kemahasiswaan, Aal Lukmanul Hakim, mendatangi lokasi pelaksanaan kongres. Pihaknya menyayangkan adanya kericuhan yang dilakukan peserta kongres. Ia memberikan kesempatan kepada pihak pro dan kontra untuk menyampaikan aspirasinya. 

“Boleh saja berbeda pendapat, asal jangan pake otot, kekerasan dan lainnya,” tutur Aal Lukmanul Hakim. 

Aspirasi dari kedua belah pihak tak kunjung menemukan solusi.  Aal memutuskan, pihak kampus akan mengambil alih pelaksanaan kongres. Namun, tetap akan dilaksanakan nya rangkaian Pemilihan Raya (PEMIRA) KM UNIDA.


(SM/SZ/CN/KN/L)


Catatan Redaksi:
Dengan hormat kami sampaikan berita pelaksanaan kongres, mohon maaf atas keterlambatan dipublikasikannya berita karena beberapa kendala satu dan lain hal.

Posting Komentar

0 Komentar