𝗠𝗲𝗱𝗶𝗮 𝗦𝗼𝘀𝗶𝗮𝗹 𝗠𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗔𝗹𝗮𝘁 𝗣𝗿𝗼𝗽𝗮𝗴𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗻𝗶𝗽𝘂𝗹𝗮𝘀𝗶 𝗠𝗮𝘀𝘀𝗮

Sumber: creative market

Lingkar Studi Pers Bogor - Perkembangan teknologi informasi, khususnya media sosial, telah merobek batas ruang dan waktu dalam berkomunikasi serta bertukar informasi. Dengan akses yang mudah dan cepat, media sosial kini menjadi platform yang digunakan oleh jutaan bahkan milyaran pengguna di seluruh dunia. Namun, di balik kemudahan dan manfaatnya, media sosial sering dimanfaatkan sebagai alat strategis untuk propaganda dan manipulasi massa yang mengkhawatirkan. Fenomena ini bukan hanya masalah lokal, melainkan telah menjadi tantangan global di era digital saat ini.

Berbagai penelitian dan laporan menunjukkan bagaimana media sosial digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah, berita palsu (hoaks), serta narasi provokatif. Proses ini memengaruhi opini publik dan memicu dampak yang nyata dalam konteks sosial-politik, seperti meningkatnya polarisasi masyarakat, merusak kepercayaan publik terhadap institusi, hingga mengganggu proses demokrasi yang sehat.

Kondisi ini sangat relevan dengan maraknya berita tidak akurat serta teknik manipulasi psikologis yang sistematis, mulai dari penggunaan akun palsu (bot) yang memancing emosi.

Media sosial berubah menjadi arena peperangan informasi yang tidak hanya memecah belah masyarakat, tetapi juga berpotensi menimbulkan kekacauan sosial dan konflik berkepanjangan. Oleh karena itu, memahami bagaimana media sosial bertransformasi menjadi alat propaganda dan manipulasi massa sangat penting untuk mencari solusi yang tepat demi menjaga integritas komunikasi dan harmoni sosial.

Media sosial yang menggunakan algoritma dirancang agar bisa menarik perhatian pengguna secara maksimal, kini menjadi sarana yang efektif bagi kelompok tertentu untuk menyebarkan pesan yang bisa memengaruhi pikiran orang. Konten yang provokatif, tidak benar, dan memihak sering kali dibuat untuk memengaruhi opini publik demi tujuan politik, ekonomi, atau agenda tertentu. Hal ini semakin diperparah karena tingkat literasi digital masyarakat masih rendah, sehingga banyak orang mudah terpaku pada berita palsu dan propaganda.

Selain itu, media sosial memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan luas tanpa ada penapisan yang ketat seperti pada media cetak biasanya. Penggunaan akun palsu dan bot semakin membuat situasi sulit dikendalikan, sehingga manipulasi opini bisa dilakukan dengan cara yang terstruktur dan sistematis. Akibatnya, masyarakat kini terkena informasi yang tidak seimbang dan cenderung memecah belah.

Kondisi ini tidak hanya merusak kepercayaan masyarakat terhadap lembaga dan media resmi, tetapi juga memperparah perpecahan dalam masyarakat yang berpotensi mengancam stabilitas demokrasi serta persatuan sosial. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, termasuk pemerintah, pemilik platform, serta pengguna media sosial, untuk meningkatkan kesadaran literasi digital dan menerapkan aturan yang tepat agar bisa membatasi penyebaran berita palsu dan manipulasi di dunia maya.

Media sosial sebenarnya adalah inovasi teknologi yang memberikan banyak manfaat, terutama dalam mempermudah komunikasi dan mengakses informasi. Namun, kemajuan ini juga bisa berpotensi membawa risiko besar jika digunakan sebagai alat untuk menyebarkan propaganda atau memanipulasi masyarakat. Penyebaran berita yang tidak benar, politisasi informasi, serta penggunaan teknik psikologis dan algoritma yang memperparah polarisasi menjadi tantangan yang harus segera diperhatikan dan diantisipasi.

Dampak negatif dari situasi ini bukan hanya mengganggu keharmonisan sosial dan dialog antarwarga, tetapi juga merusak kualitas demokrasi dengan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap lembaga pemerintah dan proses politik. Oleh karena itu, semua pihak harus terlibat aktif untuk mencegah penyalahgunaan media sosial. Pemerintah perlu membuat peraturan yang seimbang dan efektif tanpa mengurangi kebebasan orang-orang dalam menyampaikan pendapat. Platform media sosial juga harus meningkatkan transparansi dan sistem pemfilteran konten yang bertanggung jawab.

Selain itu, masyarakat sebagai pengguna utama harus memiliki kemampuan literasi digital yang baik agar bisa menjadi pembaca informasi yang kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh berita palsu atau propaganda. Literasi media dan digital harus dianggap sebagai prioritas dalam sistem pendidikan formal maupun nonformal.

Kolaborasi bersama dalam membangun ekosistem media sosial yang sehat dan beretika adalah hal yang sangat penting agar media sosial kembali berfungsi dengan baik: sebagai tempat diskusi yang bermanfaat, sarana pembelajaran, serta sarana komunikasi antarwarga tanpa memecah belah.

Dengan kesadaran dan tanggung jawab bersama, kita bisa meminimalkan dampak buruk dan memaksimalkan manfaat positif dari media sosial bagi kemajuan masyarakat dan bangsa.


Penulis: Risla Amanda Putri

Posting Komentar

0 Komentar