𝗧𝗶𝗴𝗮 𝗗𝗼𝘀𝗲𝗻 𝗙𝗜𝗦𝗜𝗣𝗞𝗢𝗠 𝗨𝗻𝗶𝗱𝗮, 𝗘𝗱𝘂𝗸𝗮𝘀𝗶 𝗣𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗵 𝗣𝗲𝗺𝘂𝗹𝗮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗧𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗹 𝗛𝗼𝗮𝗸𝘀 𝗣𝗲𝗺𝗶𝗹𝘂


Lingkar Studi Pers, Bogor (29/3) — Tiga Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik dan Ilmu Komputer (FISIPKOM) Universitas Djuanda (Unida) yakni Wakil Dekan Nonakademik Maria Fitriah, Dosen Ilmu Komputer Uus Firdaus, dan Dosen Administrasi Publik sekaligus Pakar dan Pengamat Politik Gotfridus Goris Seran, mengedukasi pemilih pemula untuk menangkal hoaks jelang pemilu pada Webinar literasi Digital dengan tema "Berantas Hoax Melalui Literasi Media Digital, Sambut Pemilu Bagi Pemilih Pemula", Selasa (28/3).

Webinar tersebut merupakan hasil kerja sama FISIPKOM dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Bogor dan liputan6.com.

Dekan FISIPKOM, Ginung Pratidina, menyampaikan, tujuan diadakannya webinar ini untuk mengedukasi pemilih pemula dalam memberantas berita hoaks melalui literasi media digital. Selain itu, untuk memperingati Milad ke-36 Unida yang diperingati setiap 21 Maret. 

"Kami juga berharap, para pemilih pemula dapat terhindar dari berita hoaks melalui literasi media digital," paparnya. 

Dalam Webinar Literasi Digital yang dipandu oleh Kepala Laboratorium Administrasi Publik, Cecep Wahyudin, Wakil Dekan Nonakademik Maria Fitriah menjelaskan, kebanyakan hoax yang tersebar berasal dari media sosial. Whatsapp menjadi media terfavorit yang bayak digunakan generasi Z seperti mahasiswa dan pelajar, karena kemudahan fiturnya. Mirisnya, isu hoaks terbanyak, terdapat pada konten berita politik. Ia juga menjelaskan agar pembaca cerdas dalam memilih dan memilah informasi. 

"Memilih informasi itu, pilih media yang tepat. Kalo memilah informasi, tentunya sesuai kebutuhan, dan hati-hati, harus membaca berita sampai tuntas," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Ilmu Komputer Uus Firdaus menyampaikan, dunia digital yang dihadapi para era globalisasi ini, tidak terlepas dari internet juga berita hoaks yang tersaji di dalamnya. Ia juga menjelaskan Tools Google Fact Check dan cara penggunaannya yang bisa mendeteksi kebenaran suatu berita. 

"Pembelajaran untuk kita semua, bertabayunlah karena tidak semua katanya itu adalah faktanya. Salah satunya, tidak terprovokasi dengan judul yang provokatif," ucapnya. 

Turut hadir sebagai pemateri, Dosen Administrasi Publik sekaligus Pakar dan Pengamat Politik Yusuf Gotfridus Goris Seran menjelaskan materi yang berbeda dengan pemateri lainnya dan lebih menekankan tentang pemilu bagi pemilih pemula. Bertema "Hantu-hantu Pemilu" memiliki makna pikiran yang kontraduktif terhadap demokrasi elektoral. Hal tersebut seperti penundaan Pemilu yang setiap 5 tahun sekali dilaksanakan, perpanjangan masa jabatan, politik identitas dan ambang batas. 

"Kenapa hantu-hantu ini muncul, penyebabnya, syahwat kuasa politik yang begitu kuat baik dari partai politik, calon, dan seterusnya. Kemudian, perilaku pemilih kita cenderung pragmatis ketimbang ideologis," pungkasnya.

Turut hadir sebagai narasumber dari Bawaslu Kabupaten Bogor, Naotalia Apapyo yang menjelaskan tentang Hoaks Dalam Pemilu, dan dari Liputan6.com Edu Krisnadefa yang menyampaikan tentang Literasi Digital dan Fenomena Post Truth.

(Zulfa)

Posting Komentar

0 Komentar