Saat ini, polemik kebebasan berekspresi dan berpendapat sedang menjadi sorotan publik, yang berujung dengan adanya pihak pro dan kontra. Diawali dengan pernyataan dari pada BEM Universitas Indonesia (UI).
Seperti yang beredar di akun Instagram resmi BEM UI, pada 26 Juni 2021 terdapat postingan foto Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang dilabeli sebagai 'King of Lip Service,' ramai diperbincangkan dan mendapat tanggapan tajam dari berbagai pihak.
Begitu pula tanggapan dari salah satu Wakil Presma BEM Universitas San Pedro Kupang, Frengki Harum Ronaldo Ottu. Dilansir unggahan video kompas, ia mengatakan bahwa selama ini kebijakan Jokowi bukan 'Lip Service' tetapi telah membuktikan kata-katanya dengan pembangunan yang nyata. Ia juga menegaskan, bahwa mahasiswa sebagai penengah antara pemerintah masyarakat.
Berdasarkan pernyataan itu, Ruben Bentiyan selaku mahasiswa FISIP, mengundang Frengki untuk menerima tantangan debat terbuka.
Dalam keterangan yang dibagikannya menyatakan, "Argumen birokratis beliau sungguh membuat pikiran saya terganggu. Di mana saya lebih sepakat bahwasannya mahasiswa adalah mata dan hati rakyat. Tak elok mahasiswa jika mahasiswa mengambil posisi tengah atau netral." tulis Ruben.
Dalam debat ini, BEM FISIP UNIDA bertindak sebagai pihak penyelenggara. Ketua BEM FISIP UNIDA, M. Rivki Abdulloh menuturkan, adanya kegiatan debat ini untuk menghadirkan forum diskusi ilmiah.
"Kita sendiri ingin menghadirkan sebuah forum diskusi, khususnya diskusi ilmiah juga mendidik untuk masyarakat luas. Karena, mau bagaimana pun ruang-ruang dialektis seperti ini harus terus dilanggengkan," tuturnya kepada Lingkar Studi Pers, Jumat, 9 Juli 2021.
Tantangan ini mendapat tanggapan positif dari Frengki saat dihubungi oleh Lingkar Studi Pers, Jumat, 9 Juli 2021 melalui WhatsApp.
"Ya baik untuk kehadirannya dipastikan, bisa hadir kok. Menurut saya satu langkah yang bagus," jelasnya.
Namun, ia juga menyampaikan bahwa ia lebih menyukai diskusi publik. "Tapi saya lebih tertarik ke diskusi publik aja. Jadi semua orang bisa memberikan tanggapannya. Kalau debat pasti one by one," ujarnya.
Sementara itu, Ruben berharap adanya debat tersebut bisa membuka ruang-ruang dialektis. "Adanya debat tersebut harapannya, nanti kita akan terbiasa dengan budaya kecendikiawanan, terbiasa menghadapi ruang-ruang dialektis. Biasa adu gagasan, adu argumen. Ketika ada orang beragumen, kita lawan dengan argumen lagi bukan dengan sentimen," tegasnya.
Adapun output yang diharapkan dari BEM FISIP, "Kita ingin memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa budaya akademis ini harus diutamakan dalam menyelesaikan segala problematika, khususnya yang di hadapi bangsa kita," ujar Rivky.
Rivky juga sangat mengapresiasi adanya kegiatan debat terbuka ini, sebab banyaknya antusias dari para mahasiswa internal dan eksternal. Pamflet yang diunggah di akun Instagram resmi @bemfisipunida banyak yang merepost, bahkan direpost juga oleh akun Instagram @bangsamahasiswa.
(Nd)
0 Komentar