![]() |
Foto: Narasinewsroom |
Lingkar Studi Pers, Bogor — Amerika Serikat (AS) resmi menurunkan tarif impor atas sejumlah produk asal Indonesia menjadi 19 persen, usai negosiasi alot selama tiga bulan antara kedua negara. Keputusan ini diumumkan menyusul percakapan via telepon antara Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Langkah ini jadi bukti diplomasi ekonomi Indonesia tak main-main. Pemerintah menegaskan pentingnya hubungan dagang yang adil dan saling menguntungkan.
Bukan cuma ‘deal’ soal ekspor-impor biasa, negosiasi ini juga berhasil meluluhkan ego Presiden Trump yang selama ini dikenal keras mempertahankan kebijakan tarif tinggi untuk melindungi industri dalam negerinya.
Turunnya tarif resiprokal ini jadi angin segar bagi para eksportir nasional, khususnya di sektor manufaktur, tekstil, dan agribisnis, yang selama ini terbebani tarif tinggi.
Sebelumnya, tarif atas produk-produk Indonesia di pasar AS bisa mencapai 30 persen, membuat harga produk kita kurang kompetitif dibandingkan negara lain.
“Ini adalah bukti bahwa kerja keras dan diplomasi ekonomi yang cermat bisa membawa hasil nyata. Kami menyambut baik keputusan ini dan berharap kerja sama perdagangan Indonesia-AS makin erat ke depannya," ujar Menteri Perdagangan Republik Indonesia dalam konferensi pers, Jumat (18/7).
Sumber dari internal Kementerian Luar Negeri menyebut negosiasi sempat mengalami pasang surut.
“Kami sempat mengalami kebuntuan di minggu kedua, tapi komunikasi tingkat tinggi antara pemimpin negara akhirnya jadi kunci keberhasilan," ujar pejabat berinisial R.A., yang enggan disebutkan namanya secara lengkap.
Dengan tarif baru sebesar 19 persen, pelaku usaha Indonesia kini lebih percaya diri menghadapi persaingan global. Pemerintah juga memastikan akan terus memantau implementasi kesepakatan agar tak berhenti hanya di atas kertas.
Langkah ini dinilai sebagai kemenangan diplomasi dagang Indonesia, sekaligus sinyal positif bagi investor global bahwa Indonesia makin piawai menjalin relasi strategis dengan mitra utama.
Penulis: Rifqi Galan Firdaus
0 Komentar