Lingkar Studi Pers, Bogor – Marisa Azhari, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Djuanda Bogor, menjadi sosok inspiratif di Kabupaten Bogor. Ia dipercaya sebagai Duta Baca Kabupaten Bogor 2024, sebuah amanah yang ia emban dengan aksi nyata, bukan sekedar simbol. Marisa aktif menggerakkan literasi di lingkungannya melalui berbagai program untuk menumbuhkan minat baca anak-anak.
Marisa merintis program GANESA (Gemar Membaca untuk Fondasi Generasi Emas dan Bangsa), yang ia mulai dari lingkungan rumahnya di Cigombong. Setiap hari Jumat, ia membuka les gratis untuk anak-anak sebagai bentuk pengabdian pribadi. Program ini memadukan kegiatan belajar yang menyenangkan dan mendidik, agar anak-anak mencintai buku sejak dini.
Kecintaan Marisa terhadap literasi berakar dari kebiasaan masa kecil. Ibunya rajin mendongeng penuh pesan moral, sementara ayahnya membacakan buku cerita setiap malam sebelum tidur. Kebiasaan itu menumbuhkan kecintaan Marisa pada kata-kata dan imajinasi. Sejak SMP, ia gemar menulis puisi dan menjadikan literasi sebagai bagian dari jati diri dan alat perlawanan terhadap ketidakadilan. Ia bercita-cita mendirikan sekolah gratis untuk anak-anak di kolong jembatan dan daerah termarjinalkan, agar pendidikan bukan lagi menjadi kemewahan.
“Saya percaya perubahan besar dimulai dari langkah kecil, dari tempat terdekat, dan dari diri sendiri,” ujar Marisa.
Tantangan dalam menjalankan program GANESA tidaklah kecil. Marisa harus menghadapi keterbatasan fasilitas, waktu, hingga motivasi anak-anak yang sering naik turun. Namun, dengan ketulusan dan konsistensi, ia tetap hadir sebagai pengajar sekaligus teladan.
“Saya ingin menjadi contoh, bukan hanya guru bagi mereka,” katanya.
Sebelum menjadi Duta Baca, Marisa aktif di berbagai organisasi. Ia pernah menjabat Ketua OSIS SMAN 1 Cigombong, Duta Genre Kecamatan Cigombong, dan Duta Saka Kencana Kabupaten Bogor. Semua pengalaman ini memperkuat semangat kepemimpinannya dalam membawa manfaat bagi masyarakat.
Marisa berharap gerakan literasi bisa tumbuh dari kampung-kampung, dan anak-anak yang hari ini belum mengenal buku, kelak bisa menjadi penulis, guru, atau pemimpin. Baginya, literasi adalah alat perubahan sosial menuju masa depan yang lebih adil dan cerah.
“You don’t have to be rich or famous to make a difference. You just have to care. Karena perubahan besar selalu dimulai dari hati yang tulus dan langkah kecil yang konsisten,” tutupnya penuh harap.
Penulis: Cimi
0 Komentar