𝗦𝘂𝗮𝗿𝗮 𝗠𝗮𝗵𝗮𝘀𝗶𝘀𝘄𝗮: 𝗚𝗲𝗻 𝗭 𝗱𝗮𝗻 𝗟𝗮𝘆𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗗𝗶𝗴𝗶𝘁𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗞𝗼𝗺𝘂𝗻𝗶𝗸𝗮𝘀𝗶 𝗣𝘂𝗯𝗹𝗶𝗸

Lingkar Studi Pers, Bogor - Di era digital yang serba cepat, instansi pelayanan publik dituntut untuk beradaptasi, bukan hanya dalam penyediaan layanan, tetapi juga dalam cara mereka menyampaikan informasi. Generasi Z sebagai mayoritas pengguna internet saat ini terbiasa dengan pola komunikasi yang serba visual, ringkas, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Karena itu, pendekatan komunikasi publik yang masih satu arah dan kaku jelas tidak akan efektif.

Media sosial, misalnya, seharusnya tidak dipandang sebatas ruang untuk menaruh pengumuman. Platform ini dapat menjadi sarana dialogis yang memungkinkan interaksi langsung dengan masyarakat. Namun, realitasnya masih banyak lembaga publik yang memperlakukan media sosial sebatas formalitas, padahal potensinya jauh lebih besar untuk membangun keterlibatan publik, terutama dengan generasi muda yang aktif di dalamnya.

Selain itu, konten layanan digital juga perlu menyesuaikan diri dengan gaya komunikasi anak muda. Kampanye yang hanya mengandalkan bahasa teknis dan desain kaku cenderung diabaikan. Sebaliknya, pesan yang dikemas secara menarik, menggunakan bahasa ringan, serta relevan dengan keseharian akan lebih mudah diterima dan dipahami.

Keberhasilan komunikasi publik tidak hanya bergantung pada isi pesan, tetapi juga pada cara penyampaiannya. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang terasa manusiawi, membangun kedekatan, dan menumbuhkan kepercayaan, bukan sekadar formal dan birokratis.

Sejalan dengan temuan penelitian yang menyebutkan bahwa media sosial telah menjadi ruang interaksi publik yang efektif karena menghadirkan komunikasi dua arah yang cepat, terbuka, dan partisipatif, jelas bahwa strategi komunikasi digital perlu ditata secara serius. Jika dikelola dengan tepat, media sosial mampu memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga layanan publik.

Oleh karena itu, instansi publik perlu melampaui orientasi jangka pendek seperti mengejar viralitas semata. Komunikasi yang konsisten, relevan, dan berkelanjutan adalah kunci untuk membangun kepercayaan serta mendorong keterlibatan aktif masyarakat.


Penulis: Irsya Diryansyah Saputra, Mahasiswa Prodi Sains Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Djuanda

Posting Komentar

0 Komentar