Lingkar Studi Pers, Bogor - “If I was down to the last dollar of my marketing budget, I'd spend it on PR!” Begitulah Kutipan otentik melekat pada perkembangan dunia Public Relation yang sering dikaitkan dengan Bill Gates. Membuktikan urgensi dalam membangun sebuah citra sangatlah krusial entah itu dampaknya teradap individual maupun skala komunal (perusahaan).
Linieritas moderensisasi dalam dunia PR sudah berkembang cukup meluas cangkupannya, bukan hanya berkembang pada hubungan masyarakat non komersial saja, tetapi para pelaku bisnis maupun perusahaan mempergunakan PR sebagai salah satu upaya untuk menekan laju penjualan sebuah produk maupun jasa. Terdapat beberapa istilah yang sering disandingkan dengan PR sebagai profesi, salahsatunya adalah Digital Marketer. Secara profesi seorang digital marketer merupakan seseorang yang mengelola, merancang, dan mengevaluasi strategi pemasaran menggunakan platform digital sebagai sarana untuk mempromosikan produk, layanan, atau brand. Tidak jarang juga profesi digital marketing sering dikaitkan dengan seseorang yang memiliki kontribusi sentral dalam sebuah departemen perusahaan karena kontribusi mereka cukup meluas dalam menstabilkan orientasi sebuah perusahaan.
Pengaplikasian digital marketing dalam sebuah perusahaan dapat berbentuk seperti strategi marketing ataupun strategi kampanye. Strategi digital merupakan bagian utama sebelum memasuki bagian-bagian lainnya pada model marketing dikarenakan terlebih dahulu membangun rancangan terstruktur yang memanfaatkan teknologi dan platform digital untuk mencapai sebuah tujuan, seperti meningkatkan brand awareness, memperluas cakupan pasar, meningkatkan penjualan, atau meningkatkan customer experience (pengalaman pelanggan). Sedangkan pada strategi kampanye lebih mengarah pada sebuah konsep konten apa yang ingin disajikan dan kedalam bentuk apakah produksi konten itu akan dibuat. Tahapan ini sering kali disebut dengan produk dari strategi pemasaran. Implememtasi konsep-konsep digital marketing setiap saat tentunya akan banyak sekali mengalami adaptasi dan modifikasi inovatif. Hal itu dapat ditimbulkan oleh perubahan pola digitalisasi dan perubahan teknologi setiap masanya. Seperti saat ini, di era industri 5.0 manusia bukan lagi berdampingan dengan teknologi secara terstruktur, namun sudah beranjak menjadi lebih dinamis dan bervariatif. Artificial Intelligence(AI) ialah kejerdasan buatan yang dirancang untuk menjelma memiliki persamaan sudut pandang layaknya manusia. Masuknya kecerdasan buatan kedalam dunia industrial tentunya mewadahi pro dan kontra, terlebih lagi dalam peranan keprofesionalitasan. Banyak pendapat yang mengungkapkan bahwa eksistensi kecerdasan buatan dapat menikatkan punahnya pekerja manusia di dunia industrial, namun tidak sedikit pula yang membantah dengan adanya kecerdasan buatan (AI) ini sebagai fasilitator sederhanan dalam meningkatkan produktivitas karir seseorang. Kelebihan lainnya, sebuah profesi dalam pelaksanaan industri tidak dapat mutlak digantikan dengan robotik atau eksistensi keceradasan buatan secara penuh. Dikarenakan pengendali utamanya tetap berada pada genggaman manusia yang secara harafiah dilengkapi dengan daya pikir kreatif, liar, dan juga inovatif. Konsep-konsep didalamnya dapat dihimpun menjadikan kesatuan yang padu dalam merancang kerangka berfikir yang terbaharui.
Hal ini relavan terhadap seorang digital marketer sebagai seorang yang merancang, berinovasi, dan berfikir kreatif dalam meningkatkan penjualan produk maupun layanan pada sebuah perusahaan. Sehingga tidak dapat begitu saja digantikan oleh kecerdasan buatan (AI).
Penulis: Ade Pramitha
0 Komentar